Usulkan Strategi Kemandirian Ekonomi Maritim, Begini Surat Gus Lilur ke Presiden..

Iklan Semua Halaman

Post ADS 1

Header Menu

Usulkan Strategi Kemandirian Ekonomi Maritim, Begini Surat Gus Lilur ke Presiden..

Selasa, 14 Oktober 2025
Buku “Prabowo Untuk Indonesia Raya” (cetak 2014), karya Gus Lilur.
Foto: istimewa


JURNALREPORTASE.COM, SURABAYA – Ada yang menarik dari dunia kelautan dan perikanan Indonesia pekan ini. Seorang pengusaha asal Situbondo, Jawa Timur, HRM. Khalilur R. Abdullah Sahlawiy, atau yang akrab disapa Gus Lilur, menulis sebuah surat elektronik kepada Presiden Republik Indonesia, Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.


Surat itu bukan sekadar bentuk penghormatan rakyat kepada pemimpinnya. Namun juga merupakan seruan dari nelayan modern, seorang pengusaha yang menyelami laut Indonesia dengan hati, dan membawa satu gagasan yang bisa jadi mengubah arah kebijakan kelautan nasional, yaitu menghentikan ekspor benih bening lobster (BBL) dan menggantinya dengan ekspor lobster 50 gram.


Gus Lilur bukan orang baru di dunia perikanan. Ia adalah pendiri PT Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup), dan juga penulis buku “Prabowo Untuk Indonesia Raya” (2014), sebuah karya yang menandakan dukungannya sejak lama terhadap sosok Prabowo. Dalam surel yang dikirim dari kantornya di Graha Pena Ekstensi Surabaya, ia menulis dengan gaya khas pesan rakyat; sopan, nasionalis, namun penuh semangat dan ketegasan.


Berikut isi lengkap surat elektronik tersebut sebagaimana diterima redaksi:


---

SUREL (Surat Elektronik)


Kepada Yang Terhormat

Presiden Republik Indonesia

Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto

Di Tempat


Assalamu'alaikum wa Rohmatullahi wa Barokatuh

Merdeka !!!


Salam Sejahtera Saya sampaikan semoga Bapak Presiden senantiasa sukses memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi Adil, Makmur, Jaya, Sentosa di bawah naungan Ridho Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.


Bapak Presiden,

Perkenalkan Nama Saya:

HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy

Founder Owner

PT. Bandar Laut Dunia Grup - BALAD Grup.

Penulis Buku PRABOWO UNTUK INDONESIA RAYA - Cetak 2014.


Saya bangga dan Bahagia, Sosok yang Saya dukung jadi Presiden pada 2014 akhirnya terpilih menjadi Presiden pada 2024.

Alhamdulillah


Bapak Presiden Yang Terhormat,

Saya adalah Pengusaha Perikanan Budidaya.

Selama 19 Bulan sejak Awal Tahun 2024 sampai Juli 2025 Saya mempelajari Budidaya Lobster di Vietnam dan sedang berbudidaya Lobster di beberapa Teluk di Gugusan Teluk Kangean Sumenep Jawa Timur.


Bapak Presiden,

Mohon izin memberikan Usulan;


Budidaya Lobster di Vietnam sangat bergantung pada suplai Benih Bening Lobster / BBL dari Indonesia.


Saya sangat bahagia ketika Bapak Presiden menyetop dan memberhentikan Ekspor Benih Bening Lobster per 1 Agustus 2025 kemudian mengambil alih otoritas pengaturan Ekspor BBL dari Kepmen KKP No. 7 Tahun 2024 menjadi di bawah PERPRES meskipun PERPRES tersebut belum terbit.


Sehubungan belum terbitnya PERPRES tersebut perkenankan Saya memberikan Usulan pada Yang Terhormat Bapak Presiden, begini usulan Saya;


Stop dan hentikan Ekspor Benih Bening Lobster / BBL dari Republik Indonesia ke Republik Sosialis Vietnam.


Gantikan Ekspor Benih Bening Lobster dari Republik Indonesia ke Republik Sosialis Vietnam dengan Ekspor Lobster dengan berat 50 Gram.


Pergantian Ekspor BBL menjadi Ekspor Lobster 50 Gram ini akan membuat Para Pengekspor BBL harus berbudidaya Lobster setidaknya selama Dua Bulan.


Kegiatan Budidaya Lobster 50 Gram selama Dua Bulan ini akan membuka Ratusan Ribu Lapangan Kerja serta menaikkan Harga jual Lobster.


Jika Penjualan BBL berkisar 1.5 US$ - 3 US$, maka penjualan Lobster 50 Gram setidaknya bisa dipatok di harga 5 US$ dan Pemerintah RI bisa menetapkan tarif Ekspor minimal 1 US$ per Ekor.


Republik Sosialis Vietnam malah akan semakin bahagia karena terhindar dari 1 proses pergentian kulit dari BBL menjadi Lobster 50 Gram yg berpotensi menyebabkaj kematian baik akibat kanibalisme sesama Lobster maupun akibat penyakit saat pergantian kulit.


Ekspornya silahkan diatur oleh Negara dengan membebaskan siapa pun Rakyat Republik Indonesia bisa jualan tanpa kuota-kuotaan yang ujungnya hanya dimonopoli Mafia Lobster.


Bapak Presiden,

Saya bahagia ketika melihat Video Bapak di Media Sosial di mana Bapak Presiden mengatakan begini:

“Jangan ada lagi kuota-kuotaan, bebaskan saja siapapun mengimpor dan mengekspor.”


Pernyataan Bapak Presiden tersebut sungguh sangat Patriotis, Darah Nasionalisme Saya bergejolak menyaksikan Video Bapak Presiden tersebut, sedihnya di Ekspor Benih Bening Lobster masih ada Kuota-kuotaan.


Sebelum menulis SUREL ini, beberapa Bulan yang lalu Saya sempat berdiskusi dengan beberapa Pejabat dan Birokrat Kementerian MAE Vietnam - Ministry Agriculture Environment Vietnam, lalu tadi pagi (Senin 13 Oktober 2025 pukul 09.00 WIB) Saya menelp 3 Pejabat Vietnam yang mengatur Impor dan Karantina BBL, Saya menanyakan pada Beliau bertiga bagaimana kalau Ekspor BBL diganti Ekspor Lobster 50 Gram?


Jawaban 3 Pejabat di MAE sungguh melegakan, Beliau bertiga setuju.


Demikian Usulan ini Saya haturkan, semoga Bapak Presiden berkenan menerimanya.


Saya yakin dan percaya, di tangan Bapak Presiden, Republik Indonesia akan berjaya di Darat, di Laut dan di Udara.


Mohon dimaafkan jika Rakyat Biasa seperti Saya lancang mengajukan Usulan ini.


Saya doakan Bapak Presiden panjang umur dan sukses membawa Indonesia menjadi Negara yang dihormati Negara lainnya di Seluruh Dunia.


Demikian Surat Elektronik ini Saya sampaikan, semoga Bapak Presiden berkenan.


Merdeka !!!


Wassalamu'alaikum wa Rohmatullahi wa Barokatuh


Surabaya, Senin 13 Oktober 2025

Kantor Bandar Laut Dunia Grup

Graha Pena Ekstensi

10 Flr

Jl. Ahmad Yani No. 88

Ketintang Gayungan

Surabaya

Jawa Timur

Indonesia

60231


Salam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy

Founder Owner

Bandar Laut Dunia Grup

Penulis Buku Prabowo Untuk Indonesia Raya

---


Surat yang ditulis dengan semangat kemerdekaan dan cinta tanah air itu kini menjadi perbincangan di kalangan pelaku usaha perikanan. Ide yang ditawarkan Gus Lilur bukan sekadar teknis ekspor, tetapi juga strategi kemandirian ekonomi maritim.


Dengan mendorong ekspor lobster berukuran 50 gram, ia berharap rantai nilai ekonomi tidak berhenti di benih, melainkan tumbuh di tangan pembudidaya lokal yang bisa menambah nilai sebelum produk itu menembus pasar internasional.


Di akhir suratnya, Gus Lilur menulis dengan nada rendah hati namun sarat keyakinan:


“Saya yakin dan percaya, di tangan Bapak Presiden, Republik Indonesia akan berjaya di Darat, di Laut, dan di Udara.”


Surat dari seorang putra Situbondo ini mungkin tampak sederhana, tapi di dalamnya tersimpan suara rakyat pesisir yang ingin melihat laut Indonesia tidak lagi hanya jadi sumber bahan mentah, melainkan sumber kejayaan bangsa.  (Tr)