![]() |
| HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy (Gus Lilur), Founder Owner BIG, SANTRI Grup, BANDORA Grup dan SATARA. Foto: istimewa |
JURNALREPORTASE.COM, SURABAYA — Industri mineral dalam negeri bersiap diguncang gebrakan baru. HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy, pengusaha asal Situbondo yang dikenal visioner, kembali membuat langkah tak biasa. Melalui konglomerasi bisnisnya Bandar Indonesia Grup (BIG), SANTRI Grup, dan Bandar Dolomit Nusantara Grup (BANDORA Grup), ia resmi memperkenalkan produk dolomit nasional berlabel SATARA, Sahabat Tanah Nusantara.
Dalam keterangan resminya, Kamis (23/10/2025), pria yang akrab disapa Gus Lilur ini menuturkan bahwa produk SATARA bukan sekadar bahan pengapuran tanah, tapi juga sebagai simbol kebangkitan kemandirian industri dalam negeri.
“Kami ingin SATARA jadi Pahlawan Tanah Nusantara. Produk yang benar-benar lahir dari tanah Indonesia, untuk menyuburkan tanah Indonesia,” tegas Gus Lilur, yang merupakan Founder dan Owner BIG, SANTRI Grup, BANDORA Grup, sekaligus SATARA.
Peluncuran Dolomit SATARA dipastikan berlangsung pada 10 November 2025, bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional. Keputusan ini sekaligus memajukan jadwal dari rencana semula, yaitu 9 Desember 2025 bertepatan dengan Hari Antikorupsi Dunia.
“Momentum Hari Pahlawan jauh lebih kuat. Kami ingin semangat perjuangan para pahlawan hidup kembali lewat produk ini,” ujar Gus Lilur menegaskan alasan pemilihan tanggal tersebut.
Sebelum resmi meluncur ke pasar, BANDORA Grup akan memulai penambangan dolomit serentak di tiga kabupaten Jawa Timur, yaitu Gresik, Lamongan, dan Tuban pada pekan keempat Oktober 2025. Operasional tambang dijalankan oleh Kontraktor Tambang SANTRI Grup, sedangkan hasil produksinya dipasarkan oleh BANDORA Grup dengan merek SATARA.
Dalam tahap awal produksi, BANDORA Grup menerapkan sistem “Maklon Upah Giling”, sebuah strategi cerdas untuk mempercepat distribusi tanpa harus menunggu pabrik sendiri rampung dibangun.
“Dolomitnya dari tambang kami di bawah BIG–SANTRI Grup. Penggilingan dan pengemasan dilakukan oleh pabrik mitra dengan standar mutu yang kami tentukan. Setelah pabrik BANDORA berdiri, semua proses akan kembali kami kendalikan penuh,” jelasnya.
Strategi ini menjadi bukti bahwa Gus Lilur tak ingin sekadar menambang, tapi membangun ekosistem bisnis yang solid, dari hulu hingga hilir. Ia juga menegaskan, langkah tersebut bukan semata urusan bisnis, melainkan bagian dari komitmennya terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.
“Peluncuran di Hari Pahlawan adalah pesan moral. SATARA lahir bukan untuk mengeksploitasi tanah, tapi untuk menghidupkannya kembali. Ini perjuangan baru, perjuangan di bidang pangan dan keadilan sosial,” ujar Gus Lilur menutup pernyataannya.
Dengan semangat “Sahabat Tanah Nusantara”, SATARA diharapkan tak hanya menembus pasar nasional, tapi juga menjadi wajah baru industri dolomit Indonesia yang tangguh, mandiri, dan berpihak pada negeri sendiri. (Tr)

Komentar